skip to main |
skip to sidebar
Surabaya, Belum lama ini, peneliti dari Amerika telah
menemukan bahwa racun lebah (bee venom) bisa digunakan untuk
menyembuhkan HIV. Tak mau kalah, peneliti dari Lembaga Penyakit Tropis,
Universitas Airlangga pun menggunakan propolis (lem lebah) sebagai obat
HIV.
Riset baru yang dilakukan Amerika mengujikan pengobatan HIV
dengan menggunakan racun lebah. Racun lebah diberikan kepada seorang
anak perempuan dengan HIV, dan menunjukkan bahwa racun tersebut bisa
merusak dinding sel dan sistem virus pada HIV. Racun lebah tidak
menghancurkan virus tapi menembus tudung virus sehingga virusnya
mengecil.
"Kita aplikasikan tapi riset kita belum (menggunakan
racun lebah). Akan memulai pada beberapa pasien, yang sedang kami
lakukan adalah menggunakan bahan propolis (lem lebah)," jelas James
Hutagalung., drs., MS, Ketua Tim Peneliti Pusat Studi Perlebahan, saat
ditemui dalam acara Press Tour & Gathering Kementerian Riset dan
Teknologi di Lembaga Penyakit Tropis (LPT), Universitas Airlangga,
Surabaya, dan ditulis pada Jumat (17/5/2013).
Pengobatan tersebut
kini tengah diujikan pada pasien HIV di RS Universitas Airlangga
(Unair) dengan persetujuan pasien dan keluarga pasien. Menurut James,
selama 3 minggu pengujian pasien tersebut telah menunjukkan perubahan
positif.
"Matanya sudah bisa melihat. Sebelumnya dia (pasien HIV
yang menjadi subjek) sudah koma sekitar 3-4 minggu. Penderitanya ada di
sini, di rumah sakit Unair," tambah James.
Pengujian tersebut
kini tengah diujikan pada seorang pasien HIV yang sudah cukup parah di
RS Unair. James menuturkan pengujian baru sebatas trial, dan propolis
diberikan 500 mg setiap hari hari, pada pagi, siang, malam hari.
Propolis
yang diberikan sudah dalam bentuk ekstrak berupa tablet. Selain itu,
propolis juga diberikan dalam bentuk cair, yang diberikan sekitar 5
hingga 6 tetes.
"Selama ini baru dicoba dengan propolis, nanti akan dicoba dengan bee venon (racun lebah)," papar James.
James
menjelaskan propolis yang digunakan berasal dari lebah jenis Apis
Mellifera (lebah madu Eropa), yang kini sudah dikembangbiakan di
lingkungan LPT Unair. Sedangkan tanamannya rata-rata menggunakan jenis
conifera seperti pohon pinus.
Propolis diberikan bersamaan dengan pemberian obat konvensional, sehingga baru bersifat simultan dan komplemen.
"Sementara
ini kita berusaha implementasikan, jadi Lembaga Penyakit Tropis ini
valid membuktikan bahwa kita punya bahan dan peneliti di bidang
perlebahan. 3 bulan ini kita coba, mudah-mudahan hasilnya bisa maksimal.
Ini kita dapatkan dengan persetujuan pasien," tutup James.
Sumber: https://health.detik.com/read/2013/05/17/074511/2248409/763/peneliti-unair-obati-pasien-hiv-dengan-propolis-lebah
Post a Comment